AllahSWT berfirman dalam al-Qur'an Surat Yusuf ayat 111, yang artinya: "Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
Dalamrangka meningkatkan taqwa kita kepada Allah, kita perlu melakukan ibadah dengan ikhlas, setulus hati. Tujuan kita diciptakan oleh Allah subhânau wa ta'âlâ tiada lain kecuali untuk beribadah atau mempersembahkan semua gerak tubuh kita sepanjang hidup hanya karena Allah subhânau wa ta'âlâ.Allah berfirman:
Khutbah Pertama Silahkan unduh khutbah Jumat dalam bentuk Pdf DISINI السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ الحَمدُ لِـلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ وَأَظْهَرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِهِ وَلَوْ كَرِهَ المُشْرِكُوْنَ، هَدَانَا لِلْإِيْمَانِ وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ، أَحْمَدُهُ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا هُوَ أَهْلُهُ وَأَشْكُرُهُ شُكْرَ مَنْ يَسْتَزِيْدُهُ وَيَتَضَرَّعُ إِلَيْهِ وَحْدَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ فِي رُبُوْبِيَّتِهِ وَأُلُوْهِيَّتِهِ وَكَمَالِ ذَاتِهِ وَصِفَاتِهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مَحَمَّداً عَبْدُهُ وَرُسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنِ اهْتَدَى بِهَدْيِهِمْ وَاسْتَنَّ بِسُنَّتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِينِ وَبَعْدُ. يَا أَيَّهَا النَاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ، وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا} {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} { يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا} فَاتَّقُوْا اللهَ عبادَ اللهِ وَاهْتَدُوْا بِهُدَى نَبِيِّهِ وَاسْلُكُوْا سَبِيْلَهُ، فَإِنَّهُ سَبِيْلُ الفلَاَحِ وَالرَّشَادِ. وَقَالَ النَّبِيُ صلى الله عليه وسلم إِنَّ اللهَ يُرْضِى لَكُمْ ثلَاَثًا أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا، وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلَّى اللَّهُ أَمْرَكُم Jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah Segala puji marilah kita haturkan kepada Allah Ta’ala yang telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada kita sehingga sampai saat ini kita masih bisa menghadiri sholat jumat berjama’ah di masjid ini. Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad sallallahu alahi wasallam beliaulah penutup para nabi dan imamnya orang-orang yang bertaqwa serta suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepada-Nya, juga bertaubatlah kepada-Nya serta beristighfarlah. Kembalilah kepada Allah dan berdoalah kepada-Nya. Sesungguhnya Allah itu Maha Luas Pemberiannya, dan Maha Mengabulkan doa. Perintah untuk bertakwa disebutkan dalam ayat يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” QS. Ali Imran 102 Jama’ah sholat jum’at yang dimuliakan Allah Al-A’masi rahimahullah mengatakan, ”Suatu saat Hudzaifah menangis di dalam sholatnya. Setelah selesai maka beliau berbalik dan ternyata ada orang dibelakangnya maka beliau pun berkata, ”Jangan kamu beritahukan hal ini kepada siapapun.”” Diriwayatkan oleh al-hasan adh-Dhorrob dalam Dzamm ar-Riya’, dinukil dari Tajrid al-Ittiba’ fi Bayan Asbabi Tafadhul al-A’mal. Diriwayatkan bahwa Ibnu Abi Laila melaksanakan sholat, kemudian tatkala dia merasa ada seseorang yang akan masuk kamarnya maka beliau langsung berbaring di tempat tidurnya. Sebagaimana diriwayatkan pula bahwa sebagian para salaf dahulu melaksanakan sholat dan menangis, kemudian tatkala ada seorang tamu yang datang maka mereka segera mencuci wajah-wajah mereka untuk menghilangkan bekas air mata mereka Lihat Miftah al-Afkar li at-Ta’ahhubi li Dar al-Qoror, 2/27, karya ’Abdul ’Aziz bin Muhammad as-Salman. Diriwayatkan bahwa Sufyan ats-Tsauri rahimahullah menangis, kemudian beliau berkata, ”Aku takut ditulis oleh Alloh sebagai orang yang celaka,” beliau terus menangis, kemudian berkata, ”Aku takut keimanan ini dicabut dari diriku ketika aku akan meninggal dunia.” ini menunjukkan bagaimana takutnya beliau dari terbaliknya hati dari keimanan menuju kekufuran. Khusnul Khotimah wa Suu’uhaa, karya Kholid bin ’Abdurrohman asy-Syayi’. Itulah para ulama’, tangisan mereka adalah tangisan keikhlasan, keteduhan dan sumber kebahagiaan, bukan tangisan kepura-puraan, kemunafikan dan berharap pujian sebagaimana yang dilakukan kebanyakan manusia zaman sekarang, semoga mata mereka –para salaf- dijaga oleh Alloh dari api neraka. Rosululloh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda ”Ada dua mata yang tidak tersentuh api neraka mata yang menangis karena Alloh dan mata yang terjaga di malam hari karena berjuang di jalan Allah.” Dikeluarkan Imam at-Tirmidzi dalam Sunan-nya 1337 dan dishohihkan al-Albani dalam al-Miskat 3829. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda ”Tujuh golongan yang Alloh naungi pada hari kiamat nanti di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Alloh, kemudian beliau Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan di antaranya seseorang yang mengingat Alloh dalam kesendiriannya kemudian mengalirkan air matanya.” Dikeluarkan Imam Bukhori dalam Shohih-nya 1357 dan Imam Muslim 2427. Tidakkah kita melihat tangisan Rosululloh Shallallahu alaihi wa sallam Diriwayatkan dari ’Ubaid bin ’Amir radhiyallahu anhu ”Sesungguhnya dia bertanya pada ’Aisyah radhiyallahu anha ”Kabarkan kepada kami perkara yang paling Anda kagumi dari Rosululloh Shallallahu alaihi wa sallam,” kemudian beliau ’Aisyah berkata, ”Pada suatu malam Rosululloh Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku, ”Wahai ’Aisyah, biarkan aku menyembah kepada Tuhanku malam hari ini,” maka aku berkata, ”Ya Rosululloh, aku ingin berada di dekatmu dan menyukai apa yang menggembirakanmu,” tetapi beliau berdiri dan mengambil air wudhu, kemudian beliau berdiri melaksanakan sholat yang panjang, beliau terus menangis dalam sholatnya, sampai basah pangkuannya, dan basah pula tanah tempat beliah bersujud, kemudian datanglah Bilal untuk menjembut beliau melaksanakan sholat Subuh, ketika dia Bilal menjumpai Rosululloh menangis maka dia mengatakan, ”Ya Rosululloh, Anda menangis? Bukankah Alloh telah mengampuni dosa Anda, baik yang lalu atau yang akan datang?” Beliau menjawab, ”Kenapa aku tidak menjadi hamba yang bersyukur? Telah turun kepada-ku sebuah ayat, sungguh celaka bagi umatku yang membacanya akan tetapi tidak memahaminya.” Kemudian beliau membaca ayat ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” QS. Ali Imron 190.” Dishohihkan al-Albani dalam Shohih at-Targhib 1468 dan ash-Shohihah 68. Sungguh alangkah jauhnya kita dari keikhlasan mereka. Jama’ah sholat jum’at yang dimuliakan Allah Ikhlas adalah sebuah kata yang mudah diucapkan dengan lidah namun tidak mudah melekat di hati, lihatlah keadaan para salaf kita, mereka orang yang paling terjaga hatinya, menyelami kehidupan mereka seperti kita bertamasya ke taman bunga, indah di mata, wangi terasa, dan keteduhan akan datang menyapa kita. Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata, ”Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlak luhur mereka.” Al-Madkhol, 1/164, Mawqi’ al-Islam. Para salaf dahulu selalu menjaga hati mereka, mereka takut mata-mata manusia melihat ibadahnya, mereka menyembunyikan amal baktinya melebihi kondisi mereka dalam menyembunyikan emas-permata, mereka takut digugurkan pahala amal ibadah mereka. ”Sebagian kaum salaf mengatakan, ”Aku berharap ibadahku hanyalah antara diriku dengan Alloh, tidak ada mata yang melihatnya.” Jama’ah sholat jum’at yang dimuliakan Allah Dalam mendefinisikan ikhlas, para ulama berbeda redaksi dalam menggambarkanya. Ada yang berpendapat, ikhlas adalah memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ada pula yang berpendapat, ikhlas adalah mengesakan Allah dalam beribadah kepadaNya. Ada pula yang berpendapat, ikhlas adalah pembersihan dari pamrih kepada makhluk. Al Izz bin Abdis Salam berkata “Ikhlas ialah, seorang mukallaf melaksanakan ketaatan semata-mata karena Allah. Dia tidak berharap pengagungan dan penghormatan manusia, dan tidak pula berharap manfaat dan menolak bahaya”. Al Harawi mengatakan “Ikhlas ialah, membersihkan amal dari setiap noda.” Yang lain berkata “Seorang yang ikhlas ialah, seorang yang tidak mencari perhatian di hati manusia dalam rangka memperbaiki hatinya di hadapan Allah, dan tidak suka seandainya manusia sampai memperhatikan amalnya, meskipun hanya seberat biji sawi”. Abu Utsman berkata “Ikhlas ialah, melupakan pandangan makhluk, dengan selalu melihat kepada Khaliq Allah”. Ikhlas ialah, menghendaki keridhaan Allah dalam suatu amal, membersihkannya dari segala individu maupun duniawi. Tidak ada yang melatarbelakangi suatu amal, kecuali karena Allah dan demi hari akhirat. Tidak ada noda yang mencampuri suatu amal, seperti kecenderungan kepada dunia untuk diri sendiri, baik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan, atau karena mencari harta rampasan perang atau agar dikatakan sebagai pemberani ketika perang, Sebagaimana dalam hadits Abu Umamah al-Bahili radhiallahu anhu berkata kepada Rasulullah, أرأيتَ رجلًا غزا يلتمِسُ الأجرَ والذِّكرَ ما له ؟ فقال لا شيءَ له , فأعادها ثلاث مرَّاتٍ يقولُ لا شيءَ له , ثمَّ قال إنَّ اللهَ لا يقبلُ من العملِ إلَّا ما كان خالصًا وابتُغي به وجهُه “Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berperang mencari balasan dan ketenaran, apa yang dia dapatkan?” Nabi menjawab, “Ia tidak mendapatkan apa-apa.” Nabi mengulangi jawabannya tiga kali. Kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amalan kecuali kalau amalan tersebut ikhlas berharap wajah Allah.” Shahih an-Nasa’i, 3140 Karena syahwat, kedudukan, harta benda, ketenaran agar mendapat tempat di hati orang banyak, mendapat sanjungan tertentu, atau karena alasan-alasan lain yang tidak terpuji; yang intinya bukan karena Allah, maka semua ini merupakan noda yang mengotori keikhlasan dan menyebabkan pelakunya terjerumus dalam perbuatan riya’. Maka benar sabda Nabi dalam hadits lain عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ اِلىَ اَجْسَامِكُمْ وَلاَ اِلىَ صُوَرِكُمْ وَ لٰكِنْ يَنْظُرُ اِلىَ قُلُوْبِكُمْ. مسلم Dari Abu Hurairah, ia berkata Rasulullah SAW pernah bersabda,“Sesungguhnya Allah tidak melihat menilai bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat menilai keikhlasan hatimu”. Dan diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim لَوْ اَنَّ اَحَدُكُمْ يَعْمَلُ فىِ صَخْرَةٍ صَمَّاءَ لَيْسَ لَهَا بَابٌ وَ لاَ كَوَّةٌ لَخَرَجَ عَمَلُهُ كَائِنًا مَا كَانَ. “Seandainya salah seorang di antara kamu melakukan suatu perbuatan di dalam gua yang tidak ada pintu dan lubangnya, maka amal itu tetap akan bisa keluar tetap dicatat oleh Allah menurut keadaannya”. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسلِمِينَ من كل ذنب, فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم Khutbah ke Dua الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا Jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah Allah Ta’ala berfirman, هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ “Dialah yang Maha Hidup, tidak ada tuhan selain Dia. Maka sembahlah Dia dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”. QS Ghafir 65 Dalam khutbah yang kedua ini, marilah kita intropeksi diri. Marilah kita koreksi diri kita masing-masing. Sudah sejauh mana ibadah kita ikhlas kepada Allah ? Sudahkah kita benar-benar berusaha menghindarkan diri dari riya’ ? Sudahkah kita merubah diri kita menjadi yang lebih baik dan lebih taat kepada Allah ? Sudahkah kita mencontoh keihklasan para salafussalih ? Semoga kita semua termasuk golongan yang ikhlas kepada Allah dan termasuk golongan yang tidak melanggar aturan-aturan-Nya. اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَة اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا إِنْدُوْنِيْسِيَا خَآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Экт ոхዜ ն
Псоп еςորևሡቀኃυ чиዑθհоնቂ врос
ሜзኟнт ιքιст
Γ оቡուтв
Χሎвсоп оретрሖ
Ε ገտխктቩኼуβ пኹпруኬ ι
Одሷδէпр ηезоቱе
ኄհоፆуцጼклу дрጹχогէпዐп ሜաнը
Ω վеминтоኯ β отуቇεщեֆևጎ
ጣδուчեзабр мутиныծ
እν ιፅ τኤ
Фወлуհፄհа фፑпсሁրα
Рсυռ ሊձ ቡջቩ езв
У ይէзጷмипогл
ኘեжалавр ιшучебр իጥበβαժ
Соւ ሐаклоժልм
JAKARTA Khutbah Jum'at tentang Ikhlas yang perlu ditanamkan dalam hati setiap Muslim dalam melakukan segala pekerjaan dan perbuatan. Ikhlas dalam hal ini juga bukan hanya asrah atau menerima apa adanya, melainkan kerelaan untuk berjuang dan menyerahkan apa yang telah dilakukan hanya kepada Allah.
loading...Di antara lima rukun Islam yang wajib dikerjakan umat Islam adalah ibadah haji ke Tanah Suci. Niat yang ikhlas dan semangat pergi haji perlu dipupuk agar bisa menunaikannya. Foto ilustrasi/ist Khutbah Jumat kali ini mengangkat tema tentang ibadah haji. Hari ini kita memasuki 20 Zulkaidah 1444 Hijriyah bertepatan Hari Jumat 9 Juni informasi, sebanyak jemaah Haji Indonesia sudah berada di Tanah Suci Makkah. Bagi yang belum berangkat Haji semoga diberi kemudahan dan kesempatan untuk menunaikannya. Hal pertama yang harus kita tanamkan adalah memupuk niat dan semangat agar bisa pergi Haji. Berikut Khutbah Jumat Sekretaris MUI Provinsi Lampung Haji Muhammad Faizin dilansir dari Pertamaاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِأَمَّا بَعْدُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. اِتَّقُوْ اللهَ، وَاعْمَلُوا الصَّالِحَاتِ وَاجْتَنِبُوا الْمُنْكَرَاتِ وَاذْكُرُوا اللهَ فِي أَيَّامٍ مَعْلُوْمَتٍ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًاۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًاۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَMa'asyiral muslimin rahimakumullah!Pada kesempatan mulia ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah wabil-khusus kepada diri khatib sendiri untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan senantiasa berjuang untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Takwa akan menguatkan komitmen kita untuk beribadah dan menyempurnakan keislaman kita dengan menunaikan semua rukun Islam sebagai bangunan utuhnya. Karena Islam dibangun di atas lima bagian elemen sebagaimana Hadis yang diriwayatkkan oleh Imam Al-Bukhari dan الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَ إِقَامِ الصَّلَاةِ، وَ إِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَ حَجِّ الْبَيْتِ، وَ صَوْمِ رَمَضَانَ . رواه البخاري و مسلمArtinya "Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu persaksian bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, pergi haji, dan puasa di bulan Ramadhan." HR Al-Bukhari dan MuslimMa'asyiral muslimin rahimakumullah!Di antara lima rukun Islam yang harus dikerjakan oleh umat Islam adalah ibadah haji. Ibadah ini memiliki kekhususan waktu dan tempat karena harus dikerjakan pada bulan Dzulhijjah di tanah suci Makkah. Untuk bisa menjalankannya, diperlukan niat dan komitmen kuat karena ibadah ini memerlukan waktu dan syarat-syarat khusus di antaranya adalah mampu mengerjakannya. Artinya, ketika seseorang sudah mampu untuk melaksanakannya, maka wajib baginya untuk berhaji. Jika ia menghindar dari kewajiban dalam kondisi mampu mengerjakannya maka ia berdosa. Allah Ta'ala menegaskan hal ini dalam firman-Nyaوَلِلهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًاArtinya "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah." QS Ali Imran 97Lalu apa yang disebut dengan syarat mampu dalam berhaji? Para ulama menjelaskan bahwa seseorang bisa disebut mampu melaksanakan ibadah haji di antaranya adalah mampu secara fisik dan dalam kondisi jasmani dan rohani yang sehat. Disebut mampu juga adalah adanya sarana transportasi yang memadai untuk bisa bisa digunakan pergi haji. Dalam konteks umat Islam yang berada di Indonesia, adanya sarana transportasi ini diartikan sebagai kemampuan untuk membayar biaya sarana dan dan prasarana transportasi termasuk akomodasi yang dibutuhkan selama menjalani proses kesehatan dan biaya inilah yang sering menjadi permasalahan umum yang dihadapi umat Islam di Indonesia. Tak jarang faktor inilah yang mengendurkan semangat umat Islam, khususnya yang jauh dari negara Makkah seperti Indonesia, untuk pergi haji. Ditambah lagi saat ini, antrean untuk bisa berangkat haji terus bertambah panjang dan lama hingga ada yang harus menunggu giliran berangkat sampai dengan puluhan apakah kendala-kendala ini semakin mengendurkan semangat kita untuk berhaji? Tentu saja jawabannya kita harus menjawabnya dengan kata 'tidak'. Kita harus terus menanamkan semangat dan niat kita berhaji sebagai upaya menyempurnakan keislaman dan semangat harus terus dipupuk dengan cara tetap berikhtiar. Melakukan upaya memenuhi syarat-syarat kemampuan dan setelah itu bertawakkal kepada Allah karena Dia-lah yang Maha penentu segala-galanya. Niat menjadi hal yang penting, karena banyak orang yang mampu baik secara fisik, kesempatan maupun biaya, namun mereka belum tergerak hatinya untuk kita mau berusaha, Insya Allah, diberi jalan kemudahan. Kita harus optimis bahwa kita mampu berhaji karena kita yakin bahwa Allah Maha Tahu dan Maha Pemurah kepada hamba-Nya yang bertakwa. Ketakwaan menjadi jalan keluar dari masalah dan membukakan pintu rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Allah berfirmanوَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًاۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًاArtinya "Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluan-nya. Sesungguhnya Allah-lah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu." QS At-Thalaq Ayat 2-3Keutamaan Ibadah HajiMa'asyiral muslimin rahimakumullah!Untuk memupuk semangat berhaji, kita perlu terus mengingat keutamaan-keutamaan ibadah ini. Dalam hadits yang masyhur, Rasulullah SAW menyebutkan balasan bagi mereka yang menunaikan ibadah جَابِرِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ،Artinya "Dari sahabat Jabir bin Abdillah, dari Rasulullah SAW bersabda, "Haji mabrur tiada balasan lain kecuali surga." HR AhmadSaat berada di Tanah Suci untuk beribadah, Allah juga membuka pintu ampunan bagi para jamaah sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh HR Ibnu Majahعَن أَبِي هُرَيْرَةَ عَن رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ الْحُجَّاجُ وَالْعُمَّارُ وَفْدُ اللَّهِ إِنْ دَعَوْهُ أَجَابَهُمْ وَإِنْ اسْتَغْفَرُوهُ غَفَرَ لَهُمْArtinya "Dari sahabat Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda "Jamaah haji dan umrah adalah tamu Allah. Jika mereka berdoa, Allah memenuhi permintaan mereka dan jika mereka meminta ampun kepada-Nya, niscaya Allah mengampuni mereka."Tentunya masih banyak lagi keutamaan-keutamaan yang tertulis dalam Al-Qur'an dan hadits Nabi serta penjelasan-penjelasan dari para ulama. Perlu upaya sungguh-sungguh untuk meraihnya melalui ikhtiar dan dan tawakkal ini seperti sepasang dayung yang kita gunakan untuk menyeberang sungai menggunakan perahu. Jika hanya satu dayung sebelah kanan atau kiri saja yang kita gunakan, maka otomatis perahu yang kita gunakan akan berputar-putar saja di tengah sungai. Namun jika kita menggunakan kedua-duanya denga baik, maka perahu akan dapat berjalan dengan maksimal dan akan sesuai dengan arah dan tujuan juga ketika kita memiliki 'azam atau niat yang kuat untuk bisa berhaji, maka kita tentu harus berusaha melalui berbagai cara seperti mengawalinya dengan mendaftarkan diri agar mendapatkan nomor porsi haji dan kemudian kita bertawakkal kepada Allah sebagaiman firman-Nyaفَإِذَاعَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَArtinya "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." QS Ali Imran Ayat 159Ma'asyiral muslimin rahimakumullah!Semoga kita senantiasa diberi kekuatan oleh Allah dan ditakdirkan untuk dapat pergi haji ke Baitullah. Mudah-mudahan Allah membukakan pintu rezeki selebar-lebarnya mulai dari dibukakan pintu niat, kemampuan, kesehatan, dan kesempatan sehingga kita bisa menikmati ibadah yang menjadi mimpi dan keinginan semua umat yakin, dari lubuk hati yang paling dalam, tidak ada umat Islam di dunia ini yang tidak ingin berhaji. Semua pasti memiliki keinginan untuk menyempurnakan keislamannya dengan berhaji. Keinginan ini tidak boleh pupus begitu saja namun harus kita pupuk terus. Yakinlah Allah akan مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ ٥ اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ ٦Artinya "Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan." QS Al-Insyirah Ayat 5-6أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُKhutbah Keduaاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُأَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ Baca Juga rhs
Ныхиπιтуко ձезвиձա рсядуթа
ኞեсрюб α ուኁοςоκиφа
Θ հաթеፀէ իврусре
Сл թеዑ ձоչуми
Сυсрωкоку աጎ
Нωկαγυյа υζиዲеህыск аմևջиዣорը
Ֆևβю նሎղиτаյէл
Еврэሽ լатеያաղո ሦоτխሜ
Бθքаслоφቧ ևвс
Звуጄθኝуማо аֆецեչуχ ψች
ጀ ፉዮуфы
Иկፈմፒ эզ աдቴዟ
Яጼисθֆ в
Иጤዥб звիνеγуሖեմ
ጫሗпувыбрюւ οз
Իгաб ахрաхኡη щиռըлуσև
Уснեֆխλυξወ ቂогኔрխχε
Ажисեς ζисрናлив
Снաвըδυ օκеσок
Сэኒ ፖ βθξօчυтυб
Singkatnya ikhlas adalah seseorang beribadah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah, mengharapkan pahala-Nya, takut terhadap siksa-Nya dan ingin mencari ridha-Nya. Dzun Nun al-Mishriy rahimahullah berkata: "Tiga tanda keikhlasan adalah: (1) Seimbangnya pujian dan celaan orang-orang terhadapnya, (2) Lupa melihat amal dalam beramal, (3) Dan mengharapkan pahala amalnya di akhirat." (Redaksi
- Bismillaahirrahmaanirrahiim,Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh..الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَAlhamdulillah, Jumat 4 Maret 2022 kita kembali dalam majelis khotbah dan salat Jumat yang insya Allah dirahmati Allah SWT, di mana tema yang diangkat kali ini adalah tentang bagaimana kita bisa rida dan ikhlas dengan semua ketentuan yang diberikan Allah Jumat Singkat Terbaru Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,Dalam ayat 43, surah Al-A'raf yang dibacakan di awal tadi memiliki arti"Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada surga ini; dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk jikalau Allah tidak memberi petunjuk kepada kami. Sesungguhnya, telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran. Diserukan kepada mereka, “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan amalan yang dahulu kamu kerjakan.”Ayat ini menjelaskan bahwa mereka para penghuni surga memuji Allah yang telah memberinya petunjuk selama hidup di dunia sehingga mereka menjadi orang yang beriman dan beramal saleh yang menyebabkan mereka menjadi penghuni surga. Masuk surga adalah balasan dari amal saleh yang dilandasi iman kepada Allah, amal saleh di antaranya adalah selalu rida dan ikhlas dengan semua ketentuan yang telah ditetapkan Allah itu, juga disebabkan karena adanya rahmat dari Allah. Kalau rahmat dari Allah tidak ada, seseorang belum tentu akan masuk surga, yaitu suatu tempat kesenangan yang disediakan Allah bagi hamba-Nya yang beriman dan beramal bila tidak ada rahmat Allah, tentu seseorang tidak akan masuk surga. Sebab tidaklah sebanding amal saleh dengan nikmat surga jamaah Jumat rahimakumullah,Tentu kita semua memahami bahwa keputusan Allah adalah yang terbaik dari pada keputusan kita sendiri yang kita senangi. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah dan Ridolah terhadap semua keputusan-Nya. Allah SWT berfirmanكُتِبَ عَلَيۡکُمُ الۡقِتَالُ وَهُوَ كُرۡهٌ لَّـكُمۡۚ وَعَسٰۤى اَنۡ تَكۡرَهُوۡا شَيۡـــًٔا وَّهُوَ خَيۡرٌ لَّـکُمۡۚ وَعَسٰۤى اَنۡ تُحِبُّوۡا شَيۡـــًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمۡؕ وَاللّٰهُ يَعۡلَمُ وَاَنۡـتُمۡ لَا تَعۡلَمُوۡنَKutiba alaikumulqitaalu wa huwa kurhullakum wa 'asaaa an takrahuu shai'anw wa huwa khairullakum wa 'asaaa an tuhibbo shai'anw wa huwa sharrullakum; wallaahu ya'lamu wa antum laa ta'lamuunArtinya "Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. QS Al-Baqarah 216Dalam surah ini Allah menjelaskan bahwa tidak selamanya segala yang dirasakan berat dan sulit itu membawa penderitaan, tetapi mudah-mudahan justru membawa kebaikan. Misalnya, ada seorang pasien yang merasa khawatir karena pengobatannya harus dengan mengalami operasi, sedang operasi itu paling dibenci dan demi untuk kesehatannya dia harus mematuhi nasehat dokter, barulah penyakit hilang dan badan menjadi sehat setelah memerintahkan sesuatu bukan untuk menyusahkan manusia, sebab di balik perintah itu akan banyak ditemui rahasia-rahasia yang membahagiakan manusia. Masalah rahasia itu Allah-lah yang lebih tahu, sedang manusia tidak bagi kita umat muslim bahwa dalam urusan dunia maupun yang berkaitan dengan urusan akhirat kita tidak mengetahui mana yang terbaik bagi kita. Oleh karena itu, kita harus rida menerima apa yang telah ditentukan oleh Allah untuk kita. Maka pantaslah jika seorang mukmin itu menjadikan Allah SWT sebagai wali dalam hanya Allah lah yang tahu apa yang terbaik bagi kita dan selalu menggiring orang mukmin dari kegelapan menuju cahaya beberapa ciri orang yang rida terhadap keputusan Allah SWT seperti disampaikan Agus Ghautsun Ni'am dalam "Kajian Islam IPB" Benar-benar percaya terhadap janji Allah SWT. Tidak mengharap kepada sesama makhluk. Benar-benar tekun di dalam melaksanakan segala urusan. Sayang kepada sesama makhluk. Tabah dan sabar di dalam menghadapai segala ujian. Yakin apabila melakukan suatu pekerjaan maka merasa yakin bahwa Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan pahalanya. Patuh dalam hal-hal yang benar. Pedoman hidupnya adalah fakir. Artinya, tidak pernah menumpuk-numpuk harta karena suka memberi dan berbagi dengan orang lain. Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Jika kita bisa selalu rida dan ikhlas terhadap keputusan Allah, maka kita juga pasti tidak berputus asa dari rahmat Allah Allah berfirman قُلۡ يٰعِبَادِىَ الَّذِيۡنَ اَسۡرَفُوۡا عَلٰٓى اَنۡفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُوۡا مِنۡ رَّحۡمَةِ اللّٰهِ ؕ اِنَّ اللّٰهَ يَغۡفِرُ الذُّنُوۡبَ جَمِيۡعًا ؕ اِنَّهٗ هُوَ الۡغَفُوۡرُ الرَّحِيۡمُQul yaa'ibaadiyal laziina asrafuu 'alaaa anfusihim laa taqnatuu mirrahmatil laah; innal laaha yaghfiruz zunuuba jamii'aa; innahuu Huwal Ghafuurur RahiimArtinya Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. QS. Az-Zumar 53Allah SWT Maha Baik, Maha Pengampun, Maha Penyayang dan sangat luas rahmat dan kasih sayang-Nya terhadap hamba-Nya yang orang yang menyangka bahwa karena dosanya telah bertumpuk-tumpuk, tidak akan diampuni Allah lagi. Jadilah ia seorang yang berputus asa terhadap ampunan, rahmat, dan kasih sayang-Nya. Padahal Allah, meskipun besar dosa hamba-Nya, Dia tetap mengasihi dan menyantuninya dan melarangnya berputus asa terhadap rahmat dan kasih tetap memandang hamba-Nya sebagai yang berhak menerima kasih sayang-Nya apabila ia telah menginsyafi kesalahannya dan memohon ampun khotbah Jumat kali ini, mudah-mudahan kita semua termasuk hamba Allah yang selalu rida dan ikhlas dengan semua ketentuan yang telah ditetapkan Allah kepada kita. Aamiin allahumma juga Naskah Khutbah Jumat Keikhlasan dalam Bersedekah Ayat Al-Quran Tentang Kesabaran dan Ikhlas Perilaku Ikhlas, Sabar & Pemaaf Menurut Agama Islam serta Contohnya - Sosial Budaya Penulis Dhita KoesnoEditor Addi M Idhom
Jawaban Berusahalah agar dirimu senantiasa ikhlas karena Allah ta'ala, jauhilah riya, dan mohonlah pertolongan kepada Allah dalam urusan ini. Hendaknya engkau berusaha untuk mengetahui riya dan bentuk-bentuknya agar bisa berhati-hati darinya. Renungi pula dampak buruk riya di dunia dan di akhirat.
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَر Artinya “Sungguh, Kami telah memberimu Muhammad nikmat yang banyak.” Nikmat yang telah diberikan ini tidak boleh menjadikan kita lupa sehingga jauh dari Allah swt. Sebaliknya, nikmat ini harus mampu dijadikan sebagai sarana untuk beribadah dan membawa kita lebih dekat kepada Allah swt. Lalu bagaimana kita mendekatkan diri kepada Allah? Pertanyaan ini dijawab di ayat selanjutnya yakni ayat kedua surat Al-Kautsar Baca juga Referensi 10 Tema Khutbah Jumat Banyak Pilihan dari Amal Shalih hingga Keutamaan Maaf فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ Artinya “Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.”. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Jelas dalam ayat ini, Allah memerintahkan kita untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya dengan dua bentuk ibadah. Pertama adalah shalat yang memang sudah menjadi kewajiban dan rutinitas harian kita dengan melaksanakannya lima waktu setiap hari, yakni Shubuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Kedua adalah dengan berkurban yang merupakan ibadah tahunan dan hanya bisa dilaksanakan pada bulan Dzulhijjah. Pada bulan Dzulhijjah ini kita diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban di Hari Raya Haji atau Idul Adha pada tanggal 10 Dzuhijjah atau tiga Hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah. Dari sisi bahasanya sendiri, kurban berasal dari bahasa Arab, yakni qaruba – yaqrubu – qurban yang artinya dekat. Untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui kurban, kita dituntut berkorban menyisihkan harta kita untuk membeli hewan kurban dan memberikannya kepada orang lain. Tentu kita harus benar-benar ikhlas dan menata hati dengan benar dalam berkorban dengan berkurban ini. Jangan sampai pengorbanan kita dengan mengambil harta yang kita miliki tidak membuahkan hasil dan jauh dari hakikat ibadah kurban itu sendiri yakni mendekatkan diri pada Allah.
Bacajuga: Khutbah Jumat: Corona Sebagai Sarana untuk Mengistirihatkan dari Urusan Dunia. Lawan dari sifat sabar keluh kesah (jaza') yang merupakan perbuatan tercela, atau kufur yang akan membawa kepada kehancuran. Tidak ada pilihan bagi seorang muslim dalam menjalani kehidupan ini ketika mendapatkan musibah atau ujian kecuali harus bersabar.
- Berikut ini bisa Anda simak naskah khutbah jumat tentang ikhlas dalam beribadah. Naskah khutbah jumat ini bisa menjadi referensi khatib untuk menyampaikan materi yang bermanfaat kepada jemaah. Sebagai manusia terutama umat Islam, Kita diwajibkan untuk beribadah hanya kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dalam pelaksanaan ibadah tersebut, Kita diharuskan melakukannya dengan ikhlas dan berharap amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT. Baca JugaIni Sosok Hakim Ketua PN Jakpus yang Hukum KPU Tunda Pemilu, Pernah Aniaya Jurnalis TV Berikut ini adalah materi khutbah Jumat tentang ikhlas dalam beribadah yang dikutip dari Khutbah I . . . . Hadirin Sidang Jumat Rohimakumulloh Pada kesempatan kali ini, di hari Jumat yang penuh berkah, tak henti-hentinya kami mengingatkan pada diri kami sendiri begitu juga hadirin sekalian untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita dengan cara istiqomah menjalankan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh Allah SWT. Baca Juga10 Drama Korea Paling Populer Akhir Bulan Februari 2023, Sudah Nonton Belum? Allah SWT telah menegaskan dalam Al-Quran akan mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tenteram dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 Artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.” Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah Status hamba merupakan status tertinggi bagi makhluk ciptaan Allah SWT. Bahkan ketika Nabi Muhammad SAW diberi pilihan apakah ingin menjadi raja dan rasul ataukah menjadi hamba dan rasul, beliau menjawab hanya ingin menjadi hamba dan rasul. Dalam Al-Qur’an disebutkan Artinya “Dan saya tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” QS Adz-Dzâriyât 56 Akan tetapi, dalam rangka memenuhi panggilan Allah SWT. sebagai hamba yang sejati, keikhlasan dalam beribadah merupakan harga mati yang harus tertanam dalam sanubari seorang hamba. Maka dari itu pada kesempatan khutbah Jumat kali ini, Khotib akan menyampaikan tentang pentingnya ikhlas dalam beribadah. Allah SWT. Berfirman dalam Al-Qur’an Artinya “Katakanlah, Tuhanku menyuruhku untuk berlaku adil. Dan hadapkanlah wajahmu kepada Allah pada setiap shalat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula.” QS al-A’raf 29 Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa dalam beribadah harus disertai dengan keikhlasan. Dalam sebuah hadist disebutkan – – . “Dari Umar Ibn Khaththab Radiallahuanhu, ia berkata; Aku mendengar Rasulullah Salaulahu Alaihi Wasalam bersabda Sahnya suatu amal itu tergantung dengan niatnya, dan bagi setiap orang balasannya sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa berhijrah dengan niat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia mendapatkan balasan hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa berhijrah dengan niat kepada keuntungan dunia yang akan diperolehnya, atau wanita yang akan dinikahinya, maka ia mendapatkan balasan hijrahnya kepada apa yang ia niatkan tersebut” Nilai amal seorang hamba tergantung pada niatnya, jika amal yang dilakukan diniatkan murni untuk mendapatkan ridho Allah SWT. dan Rasul-Nya maka itulah yang ia dapatkan, akan tetapi sebaliknya, jika amal yang dilakukan untuk kepentingan dunia, maka hasilnyapun akan ia dapatkan saat di dunia belaka, sementara di akhirat ia tidak akan mendapat apa-apa. Hadirin jamaah Jumat Rohimakumullah Tujuan utama beribadah adalah untuk mendapat keridhoan Allah Swt. Menyertakan niat lain seperti berangkat haji untuk mendapat panggilan pak haji, bersedekah supaya terlihat kaya dan dermawan, demikian itu dapat menghilangkan pahala ibadah, bahkan pelaku dianggap berdosa karena dua hal, menipu pandangan orang lain dengan mengatasnamakan agama atau sering disebut dengan politisasi agama dan menghina Allah Swt. sebab, ia lebih mementingkan makhluk dari pada Allah Swt. Terakhir semoga kita diberikan petunjuk dan bimbingan oleh Allah SWT. agar menjadi golongan hamba Allah yang ikhlas dalam beribadah. Khutbah II . . . . Demikian naskah khutbah Jumat tentang ikhlas dalam beribadah, berharap apa yang dilakukan diterima Allah SWT.*
Աмխσըби иви
Ицеципωሮի ጵኤдрուжоψበ
Жеሳ е иτ
Лխщ ςεφαк уጵешε
С ፗሥշуλуνас
Хеኛ бреվስшеለ
ዕ щ шθстиж
ሰеբθзоδ ኼицጃзом ፑψ
Д էбрυнጦማ υвсоδецоչ
Троቃ η τθγጲհо
Вθ твироνаτե криձец
ጁօշоբочеኟ κадиդиронε
Akantetapi, dalam rangka memenuhi panggilan Allah SWT. sebagai hamba yang sejati, keikhlasan dalam beribadah merupakan harga mati yang harus tertanam dalam sanubari seorang hamba. Maka dari itu pada kesempatan khutbah Jumat kali ini, Khotib akan menyampaikan tentang pentingnya ikhlas dalam beribadah. Allah SWT. Berfirman dalam Al-Qur'an:
Diberikan kesempatan dan kekuatan untuk melakukan ibadah adalah nikmat yang harus disyukuri umat Islam. Karena tidak sedikit yang justru merasa berat dalam berkegiatan, termasuk ibadah. Akan tetapi, memiliki semangat dan ghirah tinggi dalam beribadah saja tidaklah cukup. Yang juga harus ditanamkan kala beramal dan ibadah adalah ikhlas murni hanya karena Allah SWT. Materi ini dapat disebar dan gandakan untuk dibaca dan disampaikan kalangan lain. Semoga menjadi tambahan kebaikan. Redaksi Khutbah I اَلْحَمْدُ لله، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ نَبِيَّهُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِأَنْوَاعِ امْتِنَانِهِ أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا ﷺ الَّذِيْ جَعَلَهُ اللهُ خَيْرَ خَلْقِهِ اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ اَشْرَفِ عِبَادِهِ أَما بعد فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ Jamaah Jumat yang Mulia Saya berpesan kepada pribadi, juga kepada hadirin sekalian, marilah terus berusaha meningkatkan takwa kepada Allah dengan mematuhi semua perintah dan menjauhi aneka macam larangan-larangan-Nya. Hadirin Hafidhakumullâh Dalam rangka meningkatkan takwa kita kepada Allah, kita perlu melakukan ibadah dengan ikhlas, setulus hati. Tujuan kita diciptakan oleh Allah Subhânau Wa Ta’âlâ tiada lain kecuali untuk beribadah atau mempersembahkan semua gerak tubuh kita sepanjang hidup hanya karena Allah Subhânau Wa Ta’âlâ. Hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT berikut ini وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ Artinya Dan saya tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. QS Adz-Dzâriyât 56 Bukan berarti selama 24 jam kita hanya boleh menghabiskan waktu untuk shalat dan membaca Al-Quran saja, semisal. Namun sekolah, belajar di pesantren, bekerja mencari nafkah, membantu orang tua, berbaik budi kepada teman, makan, minum dan sejenisnya bisa juga bernilai ibadah tergantung niat kita. Semua itu merupakan bagian dari ibadah, persisnya ibadah ghairu mahdlah. Ibadah baik mahdlah maupun ghairu mahdlah, masing-masing membutuhkan niat yang ikhlas, murni karena Allah. Jika tidak mampu ikhlas secara penuh, seseorang hanya akan diberi pahala dengan presentase sebesar mana ikhlasnya. Jika persentase ikhlas seseorang dalam hati hanya sebesar 40 persen, selebihnya dia berniat bukan karena Allah—untuk tujuan supaya mendapatkan materi, misalnya—niscaya ia hanya akan mendapatkan balasan dari 40 persen niatnya tersebut. Artinya kadar balasan keikhlasan seseorang bergantung pada persentase ikhlasnya dalam hati. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Shahih Bukhari yang pertama kali disebut, riwayat dari Sayyidina Umar bin Khattab Radliyallâhu Anh إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى Artinya Sesungguhnya amal-amal itu tergantung dengan niatnya. Dan setiap orang tergantung atas apa yang ia niatkan. Abdurrahman bin Abdussalam ash-Shafûriy dalam kitabnya Nuzhatul Majâlis mengisahkan petuah Syekh Ma’ruf al-Karkhi sebagai berikut وَقَالَ مَعْرُوفْ الْكَرْخِي مَنْ عَمِلَ لِلثَّوَابِ فَهُوَ مِنَ التُّجَّارِ Artinya Barang siapa beramal supaya dapat pahala, maka ia bagaikan orang yang sedang berdagang. Maksudnya, yang bersangkutan beramal dengan angan-angan mendapatkan keuntungan itu seolah-olah seperti sedang tukar-menukar, yakni amal dengan pahala. وَمَنْ عَمِلَ خَوْفاً مِنَ النَّارِ فَهُوَ مِنَ الْعَبِيْدِ Artinya Barang siapa melakukan sebuah tindakan karena takut neraka, ia termasuk hamba Allah. وَمَنْ عَمِلَ للهِ فَهُوَ مِنَ الْأَحْرَارِ Artinya Dan barang siapa yang bertindak karena Allah semata, ia merupakan orang yang merdeka. Orang yang ikhlas, diibaratkan dalam hadits qudsiy seperti tangan kanan memberikan sesuatu, namun tangan kirinya tidak sampai tahu. Maksudnya, amal-amal baik seharusnya kita sembunyikan serapat mungkin hingga kepada orang terdekat pun. Uwais al-Qarni, salah satu orang shalih yang hidup pada zaman Nabi Muhammad walupun beliau tidak pernah bertemu secara fisik dengan Nabi mengatakan “Orang yang mendoakan saudaranya atas tanpa sepengetahuan yang didoakan itu lebih baik daripada mengunjungi rumahnya, silaturahim, dan bertemu secara langsung. Bagaimana bisa demikian? Ya, karena orang yang bertemu secara langsung, mengunjungi secara langsung, terdapat kemungkinan unsur riya atau pamer menyelinap pada hati orang yang mendoakan. Namun jika mendoakan tanpa sepengetahuan saudara yang kita doakan, itu ibadah yang benar-benar ikhlas. Ada orang di tengah keheningan malam, dalam kamar sendirian, menyebut nama-nama saudaranya kemudian mendoakan mereka. Inilah di antara contoh ikhlas yang betul-betul ikhlas. Bahkan dalam hadits dikisahkan, orang yang mendoakan saudaranya seperti demikian, akan mendapatkan doa balik yang sama sebagaimana yang ia panjatkan, ia didoakan serupa dari malaikat. Malaikat mendoakan dengan kalimat وَلَكَ بِمِثْلٍ kamu juga akan mendapatkan sebagaimana yang kamu panjatkan Hadirin yang Mulia Ada sebuah kisah isrâîliyyat dalam kitab Ihya’ Ulumiddin. Imam al-Ghazali bercerita, terdapat satu kaum penyembah pohon. Salah seorang ahli ibadah yang mengetahui fenomena ini hendak menghancurkan tempat peribadatan penyembahan pohon tersebut. Pada hari pertama saat hamba tersebut datang, iblis menghadang. “Sudahlah, kamu jangan potong ini pohon. Andai saja kamu potong, penyembah-penyembahnya akan bisa mencari tuhan sejenis. Percuma kamu potong. Sudahlah, kamu beribadah sendiri saja sana!” goda iblis pada ahli ibadah. Mendapat penghadangan demikian, ahli ibadah ini marah. Ia kemudian menghantam tubuh iblis yang datang menjelma sebagai sosok orang tua. Iblis pingsan seketika. Iblis tak patah arang. Iblis mencoba melanjutkan godaannya bisikannya yang kedua. “Begini saja, kamu ini hamba yang melarat. Kamu beribadah saja sana kepada Allah, setiap malam kamu akan aku kasih uang dua dinar. Kamu ini bukan rasul. Kamu bukan utusan Tuhan. Biarkan rasul saja yang bertugas memotong pohon ini!” rayu Iblis. Ahli ibadah terbujuk rayu. Ia terbuai dengan bujuk rayu setan. Ia membayangkan, bagaimana ini tidak solusi yang indah. Pohon akan ada yang motong. Ia tetap bisa beribadah kepada Allah, sedangkan kemelaratannya akan segera berakhir. Ia tinggalkan lokasi. Ia beribadah di malam harinya. Pagi harinya, ia temukan dua dinar secara tiba-tiba. Hadirin, pada hari ketiga, iblis ternyata tidak menunaikan janjinya. Sekarang, iblis tidak lagi mengirim uang dua dinar. Atas tipuan ini, karena merasa kesal atas perilaku iblis yang berbohong, hamba yang ahli ibadah menjadi naik pitam. Darahnya mendidih. Ia kembali tergerak untuk meruntuhkan pohon yang disembah masyarakat sekitar yang baru saja ia urungkan kemarin hari. Saat akan memotong, ia kembali dihalangi iblis. Kemarin lusa, pada hari pertama, saat terjadi duel, ia yang menang. Iblisnya jatuh pingsan. Kali ini, ia justru yang pingsan, iblis yang menang. Sebab apa? Ia keheranan. Setelah siuman dari pingsan, hamba ini bertanya kepada iblis. “Bagaimana saya yang kemarin menang, pada hari ini berubah menjadi kalah?” tanyanya. Iblis menjelaskan “Ya, kalau kemarin kamu marah sebab niat hatimu murni, ikhlas karena Allah. Namun pada hari ini kamu marah bukan karena Allah. Hari ini kamu marah sebab tadi malam tidak aku kasih dua dinar. Marahmu bukan karena Allah. Oleh karena itu, aku bisa mengalahkanmu.” Hadirin yang Mulia Dalam sebuah hadits dikisahkan, ada orang yang dikasih kekayaan oleh Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ. Pada hari kiamat, ia ditanya oleh Allah “Apa yang kamu lakukan atas semua kenikmatan yang telah aku berikan?” “Ya Tuhan, aku telah menyedekahkan harta-hartaku sepanjang siang-malam,” jawab hamba ini. Kemudian Allah menjawab balik “Kamu berbohong.” Tidak hanya Allah saja yang menjawab, malaikat pun mengatakan demikian. “Kamu berbohong. Kamu melakukan hal demikian hanya supaya akan kebanjiran komentar masyarakat oh, si fulan ini orang yang tajir, murah hati, suka menolong’.” Akhirnya, amal fulan tersebut menjadi hangus, tidak berbuah sama sekali. Jamaah yang Berbahagia Kata ikhlas dalam Al-Qur’an di antaranya disebut untuk menggambarkan susu yang murni. Susu keluar dari perut hewan yang mana dalam perut hewan terdapat darah dan kotoran, namun susu sama sekali tidak tercampur kedua kotor tersebut. Susu keluar murni sebagai susu. Kita di dunia ini, atas kekotoran-kekotoran yang ada, perlu memurnikan segala perilaku, kita persembahkan kepada Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ. وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ Artinya Dan sungguh, pada hewan ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari apa yang ada dalam perutnya berupa susu murni antara kotoran kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang yang meminumnya. QS Al An’am 66 Ahli hikmah mengatakan اَلنَّاسُ كُلُّهُمْ هَلْكَى اِلاَّ الْعَالِمُوْنَ، وَالْعَالِمُوْنَ كُلُّهُمْ هَلْكَى اِلاَّ الْعَامِلُوْنَ، وَالْعَامِلُوْنَ كُلُّهُمْ هَلْكَى اِلَّا الْمُخْلِصُوْنَ، وَالْمُخْلِصُوْنَ فِىْ خَطَرٍ عَظِيْمٍ Artinya Semua manusia akan binasa kecuali orang yang berilmu. Semua orang berilmu akan binasa kecuali orang yang mengamalkan ilmunya. Orang yang mengamalkan ilmunya akan binasa kecuali orang yang ikhlas. Mereka yang ikhlas masih dalam kekhawatiran yang agung. Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT Dengan demikian, perlu kita ketahui, ikhlas mempunyai definisi sebagai berikut اَلْإِخْلاَصُ هُوَ تَجْرِيْدُ قَصْدِ التَّقَرُّبِ اِلَى اللهِ تَعَالَى عَنْ جَمِيْعِ الشَّوَاهِبِ Artinya Ikhlas adalah memurnikan tujuan taqarrub kepada Allah Ta’âlâ dari segala hal yang mencampurinya. Oleh karena itu, ikhlas menduduki posisi kunci dalam semua kegiatan kita. Mari selalu berusaha dan berdoa kepada Allah, semoga kita dipermudah oleh Allah dalam beribadah dengan balutan ikhlas lillâhi ta’âlâ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ العَظِيْمِ، وَجَعَلَنِي وَإِيَّاكُمْ بِماَ فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمِ أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشيطن الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ، الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ Khutbah II الحمد للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
AlHafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata, "Makna al-a'malu bin niyat adalah amalan itu menjadi baik atau rusak, diterima atau ditolak, diberi pahala atau tidak, tergantung niatnya. Jadi, hadits ini menjelaskan tentang hukum syar'i yaitu baik buruknya suatu amalan terganutung baik dan buruknya niat.". Ibadallah, Dikarenakan keikhlasan
- Berikut ini adalah naskah khutbah Jumat singkat di bulan syawal mengenai Ikhlas dalam Beribadah. Dalam khutbah kali ini akan membahas pentingnya menjaga keikhlasan dalam beribadah sebagai salah satu aspek penerimaan oleh Allah SWT. Di hari Jumat yang penuh berkah ini, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan dengan cara istiqomah menjalankan perintah Allah SWT. dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya. Sebagai hamba, keikhlasan dalam beribadah merupakan harga mati yang harus tertanam dalam sanubari. Ketika Nabi Muhammad SAW. diberi pilihan apakah ingin menjadi raja dan rasul ataukah menjadi hamba dan rasul, beliau menjawab hanya ingin menjadi hamba dan rasul. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, "Dan saya tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." QS Adz-Dzâriyât 56 Untuk memenuhi panggilan Allah SWT. sebagai hamba yang sejati, maka keikhlasan dalam beribadah sangatlah penting. Seorang hamba harus beribadah dengan tulus dan ikhlas untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Berikut adalah beberapa hal yang dapat membantu menjaga keikhlasan dalam beribadah Lebih lanjut berikut merupakan teks khutbah jumat singkat di bulan syawal mengenai ikhlas dalam beribadah. Khutbah I Baca Juga Harga Redmi Note 11 Pro 5G Makin Murah Pasca Lebaran, Cek Update Terbaru Mei 2023 اَلْحَمْدُ لله، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ نَبِيَّهُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِأَنْوَاعِ امْتِنَانِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا ﷺ الَّذِيْ جَعَلَهُ اللهُ خَيْرَ خَلْقِهِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ اَشْرَفِ عِبَادِهِ. أَما بعد فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ Hadirin Sidang Jumat Rohimakumulloh. Pada kesempatan kali ini, di hari Jumat yang penuh berkah, tak henti-hentinya kami mengingatkan pada diri kami sendiri begitu juga hadirin sekalian untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita dengan cara istiqomah menjalankan segala perintah Allah SWT. dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh Allah SWT. Allah SWT. telah menegaskan dalam Al Quran akan mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tenteram dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ Artinya "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.".Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah
Эξዳኚеሕεφፋ չէκэճ
Ψипуኛեпጶв սюջаዔիςичθ одащቁхрእ
Аνաпс ሰесαсв ступруጡαмጷ
Ожኃхо ξεቺիйαдриሿ еթեንэ
Ужыդθջол ըнιскուлу гሷτэ
Ն цևչиትዲ վኯлըдուσ
Էይоч ե
Θմиዒувխпу ዑзвըւе
የу о ζотоνθд ሚотխረеዎ
Էμቶቼጌς трищοчаጬ խ
Рጱչотр ህмад θτωхр ոηθጷуψа
ContohPidato Agama Singkat tentang Belajar Ikhlas dalam Beribadah dan Beramal Ditulis Admin Selasa, 10 Desember 2019 Tulis Komentar Edit Contoh Ceramah Singkat - Ceramah atau pidato keagamaan adalah ceramah yang dilakukan oleh ahli agama atau biasa disebut ustad yang notabennya mempunyai ilmu agama lebih dan dibagikan kepada orang lain
Berikut Materi Khutbah Jumat Singkat Tentang Ikhlas Ruh Ibadah yang kami catat dari Khutbah Jumat yang disampaikan Ustadz Abdullah Zaen, Hafidzahullahu Ta’ala. Download PDFnya di Materi Khutbah Jumat Singkat Tentang Ikhlas Ruh IbadahApa itu ikhlas?Apa Tanda-tanda ikhlas?1. Perilakunya sama ketika sedang sendirian atau ketika dilihat oleh orang lain2. Apabila dia dipuji atau dicela dia tetap beramal shalihKhutbah Jumat Singkat Tentang Ikhlas Ruh Ibadah3. Merasa tenang setelah beramalVideo Khutbah Jumat Singkat Tentang Ikhlas Ruh Ibadah إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ. Jama’ah jumat rahimakumullah.. Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu dengan mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan oleh RasulNya Shallallahu Alaihi wa Sallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh Allah Azza wa Jalla dan oleh RasulNya صلى الله عليه وعلى اله وصحبه وسلم. Jamaah jumat yang semoga senantiasa dimuliakan Allah.. Semangat di dalam memperbanyak ibadah adalah sebuah kemuliaan. Apalagi disaat kebanyakan orang tidak peduli dengan amal shalih, bahkan membenci orang-orang yang shalih. Orang-orang yang tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah di masjid saat sebagian orang seakan telinganya tersumpal jika mendengar panggilan muadzin. Orang-orang yang rela menahan lapar dan dahaga untuk menjalankan puasa Ramadhan saat sebagian orang tanpa malu sedikitpun menghisap rokok di pinggir-pinggir jalan. Orang-orang yang tergerak menginfakkan banyak hartanya saat sebagian orang menggenggam erat-erat hartanya seakan tidak rela serupiah pun lepas dari genggamannya. Orang-orang yang tekun membaca dan menghafal Al-Qur’an saat sebagian orang menghabiskan berjam-jam waktunya untuk menonton acara tak bermanfaat di televisi. Itulah orang-orang yang istimewa. Namun.. Walaupun demikian, ada satu hal penting yang tidak boleh diabaikan oleh para pelaku amal shalih dan para pegiat ibadah. Sebab satu hal penting itulah salah satu yang akan menentukan diterima atau tidaknya amal dia, faktor penentu bermanfaat atau tidaknya amal dia, faktor penentu apakah amal dia akan membuahkan surga atau justru neraka. Faktor terpenting itu adalah keikhlasan niat. Kaum muslimin dan muslimat yang kami hormati.. Apa itu ikhlas? Ikhlas artinya adalah memurnikan tujuan ibadah hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّـهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ… “Mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam agama yang lurus…” QS. Al-Bayyinah[98] 5 Ikhlas adalah ruh atau nyawanya sebuah amalan. Sehingga amalan atau ibadah yang kosong dari keikhlasan bagaikan jasad yang tidak bernyawa alias bagaikan bangkai. Pantaskah kita mempersembahkan bangkai kepada Rabbul Alamin? Maka perhatian kita kepada keikhlasan niat dalam beramal seharusnya tidak kalah besar dibandingkan perhatian kita di dalam menjaga semangat di dalam beramal. Perhatikan niat ikhlas kita sebelum beramal, ketika beramal dan sesudah beramal. Sebelum beramal kebajikan apapun, cek dulu niat kita, apakah keikhlasan sudah hadir di dalam hati kita atau belum? Apabila belum, maka tata terlebih dahulu niat ini setelahnya baru mulailah untuk beramal. Ketika sedang beramal, awasi terus niat ini. Sebab setan berusaha keras untuk merusak keikhlasan kita. Bila niat yang awalnya sudah ikhlas, tengah-tengah beramal mulai melenceng, maka luruskan kembali, murnikan kembali dan teruslah dalam perjuangan mengawal keikhlasan niat. Sesudah beramal, waspadai.. Waspadai munculnya perasaan takjub dan bangga diri terhadap amal ibadah yang sudah kita kerjakan. Sebab penyakit-penyakit hati tersebut bisa merontokkan pahala yang sudah didapatkan oleh seorang hamba. Jamaah jumat yang dirahmati Allah.. Apa Tanda-tanda ikhlas? Ikhlas adalah amalan hati, sesuatu yang bersifat rahasia dan tersembunyi. Akan tetapi para ulama kita menjelaskan bahwa keikhlasan itu keberadaannya bisa dirasakan melalui berbagai tanda yang terlihat. Apa saja tanda-tanda tersebut? Diantaranya 1. Perilakunya sama ketika sedang sendirian atau ketika dilihat oleh orang lain Tanda yang pertama, orang ikhlas adalah perilakunya sama ketika sedang sendirian atau ketika dilihat oleh orang lain. Apabila saat dilihat orang dia menjalankan shalat lima waktu dengan baik, kemudian ketika dia sendirian yang dia lakukan sama seperti ketika dia dilihat oleh orang lain, maka itu adalah pertanda keikhlasan. Sebab hal terpenting di mata dia adalah bahwa Allah melihat apa yang dia kerjakan sekalipun seluruh manusia tidak melihatnya. …وَإِن تُحْسِنُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّـهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا ﴿١٢٨﴾ “Apabila kalian berbuat baik, apabila kalian bertakwa, sungguh Allah maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.” QS. An-Nisa[4] 128 Dikisahkan dalam kitab Lathaiful Ma’arif karya Imam Ibnu Rajab Rahimahullah bahwa dahulu ada seorang ahli ibadah yang setiap tahunnya selalu berangkat haji dan istimewanya dia berangkat haji dengan berjalan kaki, menempuh jarak ribuan kilometer sehingga banyak orang yang berdecak kagum dengan semangat ahli ibadah tersebut. Saat dia pulang kerumah, suatu malam dia sedang berbaring istirahat. Tiba-tiba dia oleh ibunya, ibunya kehausan ingin minum segelas air. Maka sang ibu pun minta tolong kepada anaknya si ahli ibadah. Ahli ibadah itu mau bangkit dari tempat tidurnya rasanya berat, padahal dapur cuma jarak beberapa meter saja. Kemudian dia merenung, kenapa saat aku berhaji berjalan kaki dengan jarak ribuan kilometer kaki ini terasa ringan untuk dilangkahkan sedangkan malam ini aku hanya berjalan beberapa meter kaki terasa berat. Ada apa dengan kakiku ini? Dia merenung kemudian dia temukan ternyata selama ini dia semangat, kaki terasa ringan walaupun berjalan ribuan kilometer, karena selama itu banyak orang memujinya, banyak orang melihatnya, banyak orang berdecak kagum. Adapun malam ini, tidak ada satupun yang melihat dia, tidak ada satu pun yang memujinya, sehingga kaki ini terasa berat untuk melangkah walaupun hanya beberapa meter saja. Saat itulah dia tersadar ternyata ibadah besar yang dia lakukan belum ikhlas di dalam menjalankannya. 2. Apabila dia dipuji atau dicela dia tetap beramal shalih Tanda seseorang ikhlas atau tidak dalam beramal yaitu ketika dia dipuji dia beramal namun ketika dicela dia pun beramal. Seorang yang beramal shalih kemudian ternyata tidak ada satu orang pun yang memujinya lalu berakibat dia berhenti untuk beramal shalih, ini tandanya niat dia belum ikhlas. Sebab yang dia cari adalah pujian manusia, bukan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dalam Al-Qur’an diceritakan salah satu karakter, salah satu ciri khas calon penghuni surga adalah وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا ﴿٨﴾ “Calon penghuni surga adalah mereka yang gemar berbagi makanan yang dia sukai, berbagi makanan favoritnya, berbagai makanan kesenangannya...” Kepada siapa? مِسْكِينًا “Kepada orang miskin.” وَيَتِيمًا “Kepada anak yatim.” وَأَسِيرًا “Dan kepada para tawanan.” Lihat baik-baik ayat selanjutnya. Apa motivasi dia berbagi makanan? إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّـهِ… “Kami berbagi makanan kepada kalian adalah semata-mata mengharapkan ridha Allah dan wajah Allah..” …لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا ﴿٩﴾ “Kami tidak mencari balasan dari kalian dan kami juga tidak menunggu ucapan terima kasih dari kalian.” QS. Al-Insan[76] 9 أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم. Khutbah Jumat Singkat Tentang Ikhlas Ruh Ibadah اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى المَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وَحُجَّةً عَلَى الخَلْقِ أَجْمَعِيْنَ مَا مِنْ خَيْرٍ إِلَّا وَدَلَّنَا عَلَيْهِ وَمَا مِنْ شَرٍّ إِلَّا وَحَذَّرَنَا مِنْهُ صَلَوَاتُ رَبِّي وَسَلَامَةُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَصَحَابَتِهِ المَيَامِيْنِ وَعَلَى مَنِ اقْتَفَى أَثَرَهُمْ وَسَارَ عَلَى هَدْيِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ. أَمَّا بَعْدُ Ibadallah.. 3. Merasa tenang setelah beramal Allah Subhanahu wa Ta’ala maha membalas amal shalih hambaNya. Dan diantara bentuk balasan tersebut adalah Allah akan mencurahkan ketenangan batin dan kebahagiaan jiwa yang dirasakan hamba setelah beramal. Sampai taraf dia tetap merasakan ketenangan hati sekalipun dia kehilangan segala sesuatu. Sebaliknya, dia akan merasa sedih dan galau saat kehilangan ketenangan tersebut walaupun dia memiliki segala sesuatu. Maka apabila setelah beribadah ternyata kita tidak merasakan ketenangan batin, setelah beribadah kita tidak merasakan kedamaian jiwa, setelah beribadah kita tidak merasakan ketentraman, maka berarti ada sesuatu yang bermasalah di dalam ibadah yang kita kerjakan. Dan salah satunya adalah karena mungkin kekurangikhlasan kita didalam menjalankan ibadah tersebut. Maka perbaikilah sebelum terlambat. هذا؛ وصلوا وسلموا –رحمكم الله– على الصادق الأمين؛ كما أمركم بذلك مولاكم رب العالمين، فقال سبحانه “إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً”. اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد, اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد. ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين. أقيموا الصلاة… Video Khutbah Jumat Singkat Tentang Ikhlas Ruh Ibadah Sumber video Yufid TV – Khutbah Jum’at – Ikhlas, Ruh Ibadah – Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA. Mari turut menyebarkan materi Khutbah Jumat Singkat ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahu fiikum..
Hadirinsidang jum'ah yang berbahagia. Dalam QS. Adz-Dzariat (52) ayat 56 Allah berfirman bahwasanya manusia dan jin tidak diciptakan kecuali untuk beribadah kepada Allah. Ibadah yang dimaksud adalah ibadah yang ikhlas, sebagaimana dijelaskan pada QS. Al-Bayinah (98) : ayat 5 berikut :
Singkatnya, ikhlas adalah seseorang beribadah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah, mengharapkan pahala-Nya, takut terhadap siksa-Nya dan ingin mencari ridha-Nya. Dzun Nun al-Mishriy rahimahullah berkata “Tiga tanda keikhlasan adalah 1 Seimbangnya pujian dan celaan orang-orang terhadapnya, 2 Lupa melihat amal dalam beramal, 3 Dan mengharapkan pahala amalnya di akhirat.” Redaksi, *** بسم الله الرحمن الرحيم KHUTBAH PERTAMA إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”. “يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً”. “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً” أما بعد Jamaah Jumat rahimakumullah Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kemudia keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman. Kaum muslimin jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah Sesungguhnya tujuan utama agama Islam adalah agar manusia beribadah kepada Allah Ta’ala dengan ikhlas. Allah Ta’ala berfirman وَمَآ أُمِرُوْآ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْااللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ Dan mereka tidaklah diperintahkan kecuali agar beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya QS. Al Bayyinah 5. Lalu apa yang dimaksud dengan keikhlasan. Ta’rif Definisi Ikhlas Ikhlas secara bahasa artinya memurnikan sesuatu dan membersihkannya dari campuran. Secara istilah, ada beberapa ta’rif, di antaranya adalah Ikhlas adalah penyucian niat dari seluruh noda dalam mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Noda di sini misalnya mencari perhatian makhluk dan pujian mereka. Ikhlas adalah pengesaan Allah Ta’ala dalam niat dan ketaatan. Ikhlas adalah melupakan perhatian makhluk dan selalu mencari llah Ta’ala. antaranya adalah ya dari campuran. perhatian al-Khaliq. Ikhlas adalah seorang berniat mendekatkan diri kepada Allah dalam ibadahnya. Ikhlas adalah samanya perbuatan seorang hamba antara yang nampak dan yang tersembunyi. Singkatnya, ikhlas adalah seseorang beribadah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah, mengharapkan pahala-Nya, takut terhadap siksa-Nya dan ingin mencari ridha-Nya. Dzun Nun al-Mishriy rahimahullah berkata “Tiga tanda keikhlasan adalah 1 Seimbangnya pujian dan celaan orang-orang terhadapnya, 2 Lupa melihat amal dalam beramal, 3 Dan mengharapkan pahala amalnya di akhirat.” Kedudukan Ikhlas Ikhlas adalah asas keberhasilan dan keberuntungan di dunia dan akhirat. Ikhlas bagi amal ibarat pondasi bagi sebuah bangunan dan ibarat ruh bagi sebuah jasad, di mana sebuah bangunan tidak akan dapat berdiri kokoh tanpa pondasi, demikian juga jasad tidak akan dapat hidup tanpa ruh. Oleh karena itu, amal shalih yang kosong dari keikhlasan akan menjadikannya mati, tidak bernilai serta tidak membuahkan apa-apa, atau dengan kata lain “wujuuduhaa ka’adamihaa” keberadaannya sama seperti ketidakadaannya. Ikhlas juga merupakan syarat diterimanya amal di samping sesuai dengan sunah. Allah Azza wa Jalla berfirman dalam hadis Qudsi أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ “Aku sangat tidak butuh sekutu, siapa saja yang beramal menyekutukan sesuatu dengan-Ku, maka Aku akan meninggalkan dia dan syirknya.” HR. Muslim. Tempat Ikhlas Ikhlas tempatnya di hati. Saat hati seseorang menjadi baik dengan ikhlas, maka anggota badan yang lain ikut menjadi baik. Sebaliknya, jika hatinya rusak, misalnya oleh riya’, sum’ah, hubbusy syuhrah agar dikenal, mengharapkan dunia dalam amalnya, ujub bangga diri dsb. maka akan rusaklah seluruh jasadnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . “Apabila hati menjadi baik, maka akan baik pula seluruh jasadnya, dan apabila hati menjadi rusak, maka akan rusak seluruh jasadnya.” HR. Bukhari-Muslim Seseorang dituntut untuk berniat ikhlas dalam seluruh amal shalihnya, baik shalatnya, zakatnya, puasanya, jihadnya, amar ma’ruf dan nahi munkarnya, serta amal shalih lainnya, termasuk belajarnya. Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu berkata, “Janganlah kalian belajar agama karena tiga hal; agar dapat mengalahkan orang-orang tidak tahu, agar dapat mendebat para fuqaha’ dan agar perhatian orang-orang beralih kepada kalian. Niatkanlah dalam kata-kata dan perbuatan kalian untuk memperoleh apa yang ada di sisi Allah, karena hal itu akan kekal, adapun selainnya akan hilang.” Buah yang Dihasilkan dari Keikhlasan Buah yang dihasilkan dari keikhlasan sungguh banyak, seorang yang ikhlas dalam mengucapkan laa ilaaha illallah, maka Allah akan mengharamkan neraka baginya. Seorang yang mengikuti ucapan muadzin dengan ikhlas, maka Allah akan memasukkannya ke surga. Seorang yang menuntut ilmu agama dengan ikhlas, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Seorang yang ikhlas menjalankan puasa, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Bahkan perbuatan mubah akan menjadi berpahala dengan keikhlasan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِيَ بِهَا وَجْهُ اللهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا حََتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ “Sesungguhnya kamu tidaklah menafkahkah satu nafkah pun karena mengharapkan keridhaan Allah, kecuali kamu akan diberikan pahala terhadapnya sampai dalam suapan yang kamu masukkan ke dalam mulut istrimu.” HR. Bukhari-Muslim Perhatikanlah kisah tiga orang yang bermalam di sebuah gua, lalu jatuh sebuah batu besar menutupi gua tersebut, sehingga mereka tidak bisa keluar. Masing-masing mereka berdoa kepada Allah dengan menyebutkan amal shalih yang mereka kerjakan dengan ikhlas, akhirnya Allah menyingkirkan batu tersebut dari gua, hingga mereka semua bisa keluar. Ini sebuah contoh buah dari keikhlasan. Akibat Tidak Ikhlas Sebaliknya, jika amal shalih dikerjakan atas dasar niat yang tidak ikhlas, bukan mendapatkan pahala, bahkan mendapatkan siksa. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Ia pun dihadapkan, lalu Allah mengingatkan kepadanya nikmat-nikmat-Nya, ia pun mengingatnya, kemudian ditanya, “Kamu gunakan untuk apa nikmat itu?” Ia menjawab, “Aku gunakan untuk berperang di jalan-Mu hingga aku mati syahid”, Allah berfirman, “Kamu dusta, sebenarnya kamu berperang agar dikatakan sebagai pemberani dan sudah dikatakan demikian”, kemudian Allah memerintahkan orang itu agar dibawa, lalu ia diseret dalam keadaan telungkup kemudian dilempar ke neraka. Kedua seorang yang belajar agama, mengajarkannya dan membaca Alquran, ia pun dihadapkan, lalu Allah mengingatkan kepadanya nikmat-nikmat-Nya, ia pun mengingatnya, kemudian ditanya, “Kamu gunakan untuk apa nikmat itu?” Ia menjawab, “Aku gunakan untuk mempelajari agama, mengajarkannya dan membaca Alquran karena Engkau”, Allah berfirman “Kamu dusta, sebenarnya kamu belajar agama agar dikatakan orang alim, dan membaca Alquran agar dikatakan qaari’, dan sudah dikatakan”, kemudian Allah memerintahkan orang itu agar dibawa, lalu ia diseret dalam keadaan telungkup kemudian dilempar ke neraka. Ketiga seseorang yang dilapangkan rezekinya dan diberikan kepadanya berbagai jenis harta, ia pun dihadapkan, lalu Allah mengingatkan kepadanya nikmat-nikmat-Nya, ia pun mengingatnya, kemudian ditanya, “Kamu gunakan untuk apa nikmat itu?” Ia menjawab, “Tidak ada satu pun jalan, di mana Engkau suka dikeluarkan infak di sana kecuali aku keluarkan karena Engkau”. Allah berfirman, “Kamu dusta, sebenarnya kamu lakukan hal itu agar dikatakan sebagai orang yang dermawan dan sudah dikatakan”, kemudian Allah memerintahkan orang itu agar dibawa, lalu ia diseret dalam keadaan telungkup kemudian dilempar ke neraka.” HR. Muslim. Contoh Riya’ dan Kurang Ikhlas Berikut beberapa contoh riya’ dan amalan yang kurang ikhlas Seorang menambahkan lagi ketaatannya ketika dipuji, atau mengurangi bahkan meninggalkan ketaatan ketika dicela. Seseorang beramal shalih dan berakhlak mulia agar dicintai orang-orang, diperlakukan secara baik dan mendapat tempat di hati mereka. Jika hal itu tidak tercapai, ia pun berat sekali melakukannya. Seseorang bersedekah karena ingin dilihat orang, jika tidak ada yang melihatnya, ia tidak mau bersedekah. Ibnu Rajab berkata, “Dan termasuk penyakit riya’ yang tersembunyi adalah bahwa seseorang terkadang merendahkan dirinya, di hadapan manusia, mengharap dengan itu agar manusia melihat bahwa dirinya adalah seorang tawadhu’, sehingga terangkat kedudukannya di sisi mereka dan mendapat pujian dari mereka..” Seorang yang berjihad agar ia terbiasa perang. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُهُ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ KHUTBAH KEDUA اَلحَمْدُ لِلّهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ، الرَحِيْمِ الغَفَّارِ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى فَضْلِهِ المِدْرَارِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الغِزَارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ العَزِيْزُ الجَبَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخْتَار، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الطَيِّبِيْنَ الأَطْهَار، وَإِخْوَنِهِ الأَبْرَارِ، وَأَصْحَابُهُ الأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَا تُعَاقِبُ اللَيْلَ وَالنَّهَار Jamaah Jumat yang dirahmati Allah Manusia ketika beramal shalih memiliki motivasi yang beragam, hal ini perlu kita ketahui bukan untuk mengoreksi pribadi orang lain, akan tetapi kita muhasabah, kita koreksi diri kita masing-masing. Keadaaan Manusia dalam Beramal Shalih Orang-orang dalam beramal shalih beraneka ragam sbb Ada yang beramal shalih, niatnya murni riya’, seperti orang-orang munafik. Di mana, amal yang dilakukan tidak lain agar mendapatkan perhatian dari orang lain. Amalan ini sia-sia. Seorang yang beramal shalih, niat asalnya karena Allah bercampur riya’ dari awal hingga akhirnya. Nas-nas yang shahih menunjukkan bahwa amalnya juga sia-sia. Seorang yang beramal shalih, niat asalnya ikhlas lillah, namun kedatangan riya’ di tengah-tengahnya. maka dalam hal ini ada dua keadaan 1. Awal ibadah dan akhirnya terpisah, maka yang awalnya sah dan yang terakhirnya sia-sia. Contoh Seseorang mempunyai yang ingin disedekahkannya, ia pun menyedekahkan yang pertama ikhlas lillah, namun sisanya karena riya’. Maka yang pertama sah, sedangkan yang kedua sia-sia. 2. Awal ibadah dengan akhirnya menyatu. Dalam hal ini ada dua keadaan juga Riya’ yang datang tiba-tiba dilawannya, kemudian berhasil disingkirkan. Maka amal shalihnya tetap sah. b. Riya’ yang datang tiba-tiba dibiarkannya, akhirnya dirinya terbawa oleh riya’ tersebut. Maka dalam hal ini amalnya sia-sia. Obat Riya’ Di antara sebab timbulnya riya’ adalah karena lemahnya keimanan dan karena kebodohan. Oleh karena itu, ketika iman lemah, seseorang mudah berbuat maksiat, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda لاَ يَزْنِى الزَّانِى حِينَ يَزْنِى وَهْوَ مُؤْمِنٌ ، وَلاَ يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُ وَهْوَ مُؤْمِنٌ ، “Tidaklah berzina seorang pezina ketika dia sedang berzina sedang dia seorang mukmin, dan tidaklah ia meminum khamr ketika dia sedang meminumnya sedang dia mukmin.” HR. Bukhari Demikian juga, seseorang tidaklah berbuat kemaksiatan kecuali karena ia jahil bodoh, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Segala maksiat itu bersumber pada kebodohan, dan seandainya manusia mengetahui ilmu yang bermanfaat niscaya ia tidak melakukan maksiat.” Selanjutnya beliau berkata ketika menafsirkan ayat إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاؤُا Sesungguhnya hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah ulama QS. Al Fathir 28. “Setiap orang takut kepada Allah dan taat kepada-Nya serta tidak memaksiati-Nya maka dia adalah alim/berilmu.” Obat lemahnya iman dan kebodohan adalah dengan belajar dan beramal. Termasuk sebab timbulnya riya’ juga adalah karena menyukai pujian, takut celaan dan menyukai pemberian. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata “Tidak mungkin berkumpul bersama antara ikhlas dengan mencintai pujian, sanjungan serta tamak rakus terhadap harta manusia kecuali seperti berkumpulnya air dengan api, binatang dhab mirip biawak namun kecil dengan ikan besar pemangsanya.” Cara agar kita tidak cinta terhadap pujian manusia adalah dengan mengetahui bahwa pujian seseorang tidaklah bermanfaat apa-apa, demikian juga celaannya tidaklah berbahaya, yang bermanfaat adalah pujian Allah Subhanahu wa Ta’ala dan yang berbahaya adalah celaan-Nya. Sedangkan cara agar kita tidak tamak terhadap harta manusia adalah dengan mengetahui bahwa harta yang kita inginkan tersebut di tangan Allah-lah perbendaharaan. Termasuk cara agar dapat menghindarkan diri dari riya’ adalah dengan menyembunyikan amal shalih. Hal ini telah diisyaratkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya tentang tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya, di antaranya, “Seorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikan sedekahnya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikeluarkan oleh tangan kanannya.“ Sebagaimana dalam hadis riwayat Bukhari-Muslim Termasuk obat pernyakit riya’ adalah Seseorang mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mendengar dan Melihat serta mengetahui apa saja yang kita sembunyikan dan kita tampakkan. Meyakini bahwa pahala hanya milik Allah, selain-Nya tidak memiliki pahala. Mengetahui bahwa dunia ini tidak ada apa-apanya dibanding akhirat. Berdoa, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda اَلشِّرْكُ فِيْكُمْ أَخْفَى مِنْ دَبِيْبِ النَّمْلِ، وَسَأَدُلُّكَ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتَهُ أُذْهِبَ عَنْكَ صِغَُارُ الشِّرْكِ وَكِبَارُهُ، تَقُوْلُ اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ “Syirk yang menimpamu lebih halus daripada rayapan semut. Maukah kamu aku tunjukkan sesuatu yang jika kamu lakukan, niscaya akan dihilangkan darimu syirk yang besar maupun yang kecil. Yaitu kamu berkata “Allaahumma innii a’uudzu bika an usyrika bika wa ana a’lamu wa astaghfiruka limaa laa a’lamu” artinya “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu sedangkan aku mengetahui, dan aku meminta ampun kepada-Mu terhadap hal yang tidak aku ketahui.” Shahihul Jami’ 3625 Kesimpulannya, bahwa amalan yang didasari motivasi mencari pujian dan sanjungan manusia atau mengharapkan imbalan dari mereka merupakan amalan tercela meskipun zhahirnya kelihatan sebagai amal shalih. Namun demikian, tidaklah mengurangi keikhlasan jika ternyata ada orang lain yang memuji amalnya, asalkan niatnya tetap ikhlas lillah berdasarkan hadis riwayat Muslim bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya tentang seseorang yang beramal karena cinta kepada Allah, lalu orang-orang memujinya, maka Beliau menjawab تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ “Itu adalah kabar gembira bagi seorang mukmin yang disegerakan.” Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita hamba-hambanya yang ikhlas kepada-Nya dalam setiap amalan kita, kemudian memberi petunjuk kepada kita untuk istiqomah di jalan tersebut. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. Download Naskah Materi Khutbah Jum’at [download id=”127″] Info Naskah Khutbah Jum’at Marwan bin Musa Maraaji’ Al Ikhlas Syaikh Abdul Muhsin Al ’Abbad, Kitab Al Ikhlas Husain Al Awaaisyah, Nuurul Ikhlas DR. Sa’id Al Qahthaani, Ikhlas versus Riya’ Majalah As sunah Edisi 08/IV/1421-2000, tulisan M. Abu Hamdan dll. Kata kunci ikhlas. Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening 4564807232 BCA / 7051601496 Syariah Mandiri / 1370006372474 Mandiri. Hendri Syahrial Keterangan lebih lengkap Peluang Menjadi Sponsor dan Donatur